Senin, 03 September 2012

Bapak Ibuku Kawin Lagi

Tulisanku kali ini masih seputar misi penyelamatan data pilihan...
Akan aku bagi keromantisan bapakku di hari pernikahan ke-25 bersama ibu di tahun 2008.

surat cinta dari bapak untuk seluruh keluarga...
rasa cinta yang tersirat dalam suratnya.

Perjuangan bapak dan ibu selama 25 tahun pernikahan coba dituangkan dalam surat ini...
tapi maaf... nama-namanya saya inisialkan saja...


Tulisan ini saya persembahkan untuk  istri saya tercinta, HPR. yang telah setia menemani saya dalam suka maupun duka hingga akhirnya kami merayakan ulang tahun pernikahan perak
Tak terasa sudah genap 25 tahun kami mengarungi bahtera rumah tangga. Diawali dengan perkenalan melalui foto yang diberikan Om saya, yang anaknya sedang dirawat di Rumah sakit, tempat istri saya bekerja sebagai perawat, tepatnya 27 tahun yang lalu. Dengan berbekal foto itu saya tambatkan hati saya padanya. Hingga akhirnya saya bertemu dengannya tanggal 11 Maret 1981 dan memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya. Seperti kebanyakan orang, tidak mudah masuk kedalam keluarga seseorang, dan itulah yang terjadi pada kami. Namun ternyata saat-saat seperti itulah yang membuktikan betapa tangguhnya hati istri saya dalam menghadapinya hingga akhirnya seluruh keluarga besar saya dapat menerima istri saya. Benar-benar pilihan yang tepat, batin saya kala itu.

Akhirnya, pada tanggal 2 Mei 1983 kami mengucapkan janji setia dalam sucinya tali pernikahan. Sungguh acara yang sangat sederhana pernikahan kami saat itu, kedua pihak keluarga berkumpul di KUA kota Madiun untuk menyaksikan Ijab Kabul yang saya ucapkan, dan kemudian kembali ke rumah orang tua Istri saya untuk acara makan siang bersama yang disiapkan ala kadarnya oleh keluarga.

Dua tahun kemudian, lahirlah putri pertama kami ke dunia. NH, anak yang memang kami tunda kedatangannya karena keadaan istri yang masih terikat dengan ikatan dinas di rumah sakit tempatnya bekerja. Setahun kemudian lahirlah putri kedua kami, EDK (ini aku), dimana saat itu saya tidak dapat melihatnya secara langsung lahir ke dunia yang dikarenakan pekerjaan saya yang mengharuskan saya berada di tengah lautan ketika ia lahir. Saat itu perasaan bersalah padanya meliputi diri saya. Benar-benar anak yang tangguh, lahir kedunia tanpa dilihat ayahnya. Pada tahun 1989 putri ketiga kami lahir. ATU, itulah namanya. Nama islami yang sungguh berbeda dari kedua kakaknya yang diambil dari nama-nama bintang dilangit, nama yang diselimuti doa-doa indah nan megah. Namun sayang, hanya setahun ia bersama kami. Pada tahun 1990 ia dipanggil terlebih dahulu oleh Allah SWT untuk selama-lamanya. Ternyata, ia lebih dicintai Allah SWT untuk segera menikmati indahnya surga. Empat tahun kemudian, ‘jagoan’ kami lahir. Seorang anak laki-laki yang kami beri nama, dari nama-nama bintang seperti kedua kakaknya, HHH. Kebahagiaan yang kami rasakan saat itu seperti saat anak pertama kami lahir. Sungguh kebahagiaan yang tak terhingga mendapatkan anak laki-laki yang sudah lama kami nantikan. Bagi kami sudah cukup jumlah anak yang kami miliki saat itu, sudah lengkap kebahagiaan yang kami rasakan. Namun ternyata Allah berkehendak lain, kami dikaruniai seorang anak laki-laki lagi. Kami beri nama HRK, yang lagi-lagi kami ambil dari nama bintang seperti kakak-kakaknya.

Kini, sudah 25 tahun kami bersama dengan anak-anak. Tidak mudah memang melalui perjalanan panjang ini. Canda tawa memang banyak, namun marah dan emosi tak kalah banyaknya. Seringkali karena emosi saya yang mudah sekali meledak, istri dan anak-anaklah yang merasakan dampaknya. Kesalahpahamanpun tak luput sering terjadi, namun dengan komunikasi segalanya kembali baik. Saya dan istri mempunyai kesepakatan sejak pertama kali kami menikah. Setiap kali ada masalah kami bisa saja diam seribu bahasa, namun ketika kami sama-sama sudah berada di dalam kamar tidur, kami berdua harus berpelukan. Kami percaya, dengan itu segala emosi lebur dan segala masalah dapat diselesaikan. Banyak orang bilang, mengucapkan sayang, cinta  kepada pasangan kita di hadapan orang lain adalah suatu hal yang memalukan, dan tidak pantas lagi dilakukan karena sudah tua. Namun hal itu tidak ada dalam kamus kami. Dengan tanpa beban, kami dapat mengucapkan hal itu kepada pasangan kami.

Pada 2 Mei lalu, di Restoran & Cafe  Komsen  Aquarium, anak-anak dan seluruh keluarga besar membuatkan kami pesta ulang tahun perak pernikahan yang sungguh hebat dan indah,  pertama kami merasakan  pesta pernikahan, rasanya kami berdua ”Kawin Lagi” . Keluarga dan teman-teman kami datang untuk turut merayakannya. Diawali dengan cucuk lampah cucu-cucu dekat kami, bagaikan pasangan yang baru menikah lagi, disertai tepuk tangan  tamu, kami berjalan penuh bahagia .

Namun makna dari 25 tahun kami bersama bukanlah pesta yang begitu indahnya dan semarak, tetapi bagaimana kami nantinya akan melalui tahun-tahun selanjutnya penuh dengan cerita yang akan kami ukir bersama.

*END*

Semoga kedepannya makin langgeng... AAAMIIIIIIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar