Sabtu, 18 Mei 2013

"CINTA" dan "LOVE"


Hidup kita selalu dikelilingi cinta.
Entah cinta dari orangtua, saudara, teman dan sahabat, ataupun orang terkasih.
Namun, kalau saya perhatikan… dalam mengungkapkan perasaan cinta dengan kata-kata. Terutama untuk orang terkasih, kebanyakan dari kita akan menggunakan kata “love” daripada kata “cinta”. Entah mengapa?
Meskipun arti dan maksudnya sama, tapi itulah fenomena yang terjadi.

Itu pula yang terjadi pada saya.
Kalau saya buka chat terdahulu bersama seseorang spesial dalam hidup saya ataupun saya buka memori sebelumnya… saya pun kerap kali menggunakan kata “love” daripada “cinta”.

Orangtua saya yang sudah 30 tahun menikah berpesan, cinta itu bisa hilang makanya harus sering kita pupuk bersama biar tetap tumbuh dan berkembang. Salah satu cara termudah adalah melalui komunikasi. Mengungkapkan perasaan cinta dalam bentuk kata-kata. Sekedar mengatakan “cinta”, “love” atau “sayang” sehari-hari (tapi menggunakan hati juga), bisa membantu mempertahankan perasaan itu.

Mengucapkan kata “cinta” lebih sulit bagiku ke dia tuk diungkapkan daripada mengucapkannya dalam bahasa asing seperti “love”. Entah kenapa?

Sepertinya bagi saya, kata “cinta” jika saya ungkapkan bisa menimbulkan rasa malu teramat sangat tapi ingin mengungkapkannya. entah kenapa? (daleeeeeem banget gitu rasanya).

Bukan karena saya malu menggunakan Bahasa Indonesia, tapi entah mengapa bagi saya kata dengan lima huruf itu bermakna lebih dalam ketimbang kata dengan arti yang sama yang tersusun dari empat huruf.

Kalau saya lihat dan ingat-ingat yang sebelumnya… ya memang saya lebih sering berkata “I love You” daripada “aku cinta kamu” meskipun yang dimaksud adalah sama.
Ingin lebih sering menggunakan kata “cinta” ketimbang “love” ke dia. Tapi… perasaan berdebarnya itu lho yang lebih kuat kalo menggunakan kata “cinta” yang bikin merona pipiku.

Aaaah… Semoga dia mengerti maksudku. Bukan berarti dia tidak istimewa, hanya saja reaksi saya akan lebih hebat jika menggunakan kata “cinta” daripada “love”. Semoga nantipun saya tetap selalu mengingat perasaan ini agar bisa tetap mempertahankan perasaan cinta yang katanya bisa hilang meskipun dalam mengucapkannya akan lebih sering menggunakan bahasa asing seperti “love”.

Bagaimana dengan anda?
Manakah yang lebih sering anda ucapkan? “Cinta” atau “Love”?

tulisan ini saya posting juga di sini

Kamis, 21 Maret 2013

Aku (termasuk Kamu, ya Kamu)

Ada yang bilang Aku itu romantis.
Ada yang bilang Aku itu melankolis.
Ada pula yang bilang Aku itu belum dewasa.

Tapi.... ada yang bilang Aku kebalikan itu semua.

Manakah yang Aku?

Semua itu Aku,
Aku bisa romantis, melankolis, kekanak-kanakan... tapi Aku juga bisa sangat logis, tak berperasaan, dewasa dan lain-lain sebagainya orang-orang itu sematkan ke Aku.

Aku bukan apa yang mereka pikirkan,
Aku adalah apa yang Aku pikirkan.

Bukan mereka yang melihatku,
Tapi Aku menciptakan penggambaran tentang Aku buat mereka.

Sombong?
Tidak.

Semua itu Aku sadari tak lepas dari Kuasa-Nya juga.

Sedih? terkadang.
Kala Aku harus berperan sebagai Aku yang negatif, Aku sedih.
Kala Aku harus berperan menyakiti orang lain, Aku sedih.

Menyesal?
Tidak.

Karena semua itulah yang membentuk Aku.
Tanpa itu semua, tiada Aku yang sekarang.

Masa laluku, masa sekarang dan masa depanku... saling bertautan.
Saling berhubungan...
Mau Aku pungkiri?
Tak bisa.

Hanya bisa Aku hadapi.
Waktu tak akan kembali. Yang sudah berlalu sudahlah.
Perbaiki yang buruk, tingkatkan yang baik.
Karena Aku adalah Aku.


NeeDi [EDK]
Kamis, 21/03/2013
BT 31

Rabu, 20 Maret 2013

Tuhan, Engkau Maha Mengetahui



Tuhan, Engkau Maha Mengetahui.

Engkau tau apa yang aku minta. Engkau berikan dan Engkau kabulkan doaku itu. Kau pertemukan kami dalam satu waktu. Di waktu itu pula Kau buat hatinya terhubung ke hatiku.

Tuhan, Engkau Maha Mengetahui.

Walau awalnya aku menolak mengakui, atas izin-Mu, dia meluluhkan hatiku dalam seminggu.
Walau aku mencoba untuk mengelak. Semakin Kau buat aku tak dapat berpaling darinya.

Tuhan, Engkau Maha Mengetahui

Aku menyerah melawan dan menolak rasa ini. Aku belajar mengakuinya langsung di depan pilihan-Mu untukku. Aku mantap dengannya. Setelah aku curhat padaMu, hatiku semakin mantap memilihnya.

Tuhan, Engkau Maha Mengetahui

Kau buat dia mengakui semua. Kala ku dengar kejujurannya, aku menangis Tuhan. Mengapa saat aku mencintai seseorang karenaMu, kau akan memisahkan kami sementara waktu.

Memang itu belum tentu akan terjadi, tapi aku harus bersiap diri.

Tuhan, Engkau Maha Mengetahui

Aku memohon padaMu. Lindungi kami. Berikan yang terbaik untuk kami. Jika kami memang Engkau takdirkan bersama, ikatlah hati kami, permudahlah jalan kami, kuatkan hati kami.

Jika kami tidak Engkau takdirkan untuk bersama... Maka aku memohon padaMu. Lindungi kami. Berikan yang terbaik bagi kami. Ikhlaskan hati kami tuk berpisah. Kuatkan kami.
Bantu dia yang mencintaiku karenaMu.
Bantu dia yang akhirnya karenaMu aku cintai.
Kuatkan kami, Tuhan.

Ingatkan kami atas segala nikmat dan anugerah yang telah engkau berikan pada kami. Aamiin

EDK
asli : Sabtu, 2 Maret 2013
Dicopy ulang dari sini : Kamis, 21 Maret 2013
sumber gambar (love)

Senin, 28 Januari 2013

Katanya Ada Maunya...

"Pasti kalo telp ada maunya", kata penerima telponku di seberang sana.

Sebegitu parahnya kah aku dimata orang-orang?
Sudah kali kedua orang berkata seperti itu dalam bulan ini.
Satu orang lagi, selain orang tadi adalah orang yang ahli di bidang membaca sidik jari. Belum pernah bertemu, baru kali itu dia liat sidik jariku. Orang yang bekerja di bidang pembacaan sidik jari, sedikit membaca aku dari sidik jariku.

"Mbak itu tipe orang yang bicara jika itu menguntungkan".

Itu kurang lebih yang terbaca dari sidik jariku.

Rasanya sedikit down karena berarti orang menilai aku jelek (bagiku). Setelah mendengarnya, aku mencoba menelaah kembali dan kalau aku liat dari sudut pandang orang lain. Aku itu memang menyebalkan. Kalau aku ketemu aku, pasti aku akan berpikir sama.
"Dia mah nyari kita cuma kalo ada maunya".

Secara gak langsung aku juga menyadari kalau aku sedikit kesulitan bergaul.
Dari dulu, setiap aku bicara atau bercerita, banyak yang menguap atau mengantuk. Semembosankan itukah aku? Sekalinya aku bicara, ibarat bus yang remnya blong... gak bisa berhenti, cenderung dominan dan akhirnya kawan-kawan menjauhi aku juga. Tapi kalau aku gak bicara, dibilangnya ada yang gak beres sama aku atau ya seperti siang ini, dibilang ada maunya....

Jadi... aku harus bagaimana?

ps : ntah kenapa juga dah dua hari ini aku kesulitan memfokuskan diri.  :(

Rabu, 16 Januari 2013

Solusi Macet (Menurutku)

Macet di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa sepertinya gak hanya di Jakarta saja. Tengok saja yang biasa saya kunjungi diantaranya Bandung, Bogor dan Jogja. Setauku Bandung terutama jalanan-jalanan besarnya yang sering dikunjungi warga baik warga Bandung sendiri maupun dari kota-kota lain (yah bisa dibilang banyak juga dari Jabodetabek).

Bogor selain kota hujan dikenal juga sebagai kota sejuta angkot. Selama lima tahun tinggal di Bogor, dari Tajur sampaiiiiii Darmaga (mainanku ya Tajur - Darmaga) mau lewat jalur normal (depan istana) atau jalan baru - Taman Yasmin, SAMA... macet. Dan kalau dilihat selayang pandang (tsaaaah bahasaku rek), selain volume kendaraan yang besar ya karena banyak angkot (eeeh angkot termasuk yang nambah-nambahin volume kendaraan deng. hehehehe). Udah banyak... sering nge-time (bacanya sih ngetem) alias menunggu penumpang di jalur paling kiri sepanjang jalan.

Sebenernya pemda dan polisi pernah tuh memberlakukan pembersihan angkot yang ngetem dipinggiran jalan, ngatur semua angkot buat masuk ke terminal yang ada. Bahkan terminalnya sampai dibagusin lho... Waktu baru dijalankan, jalanan lancar (eh sedikit deng) yaaah setidaknya di titik-titik kemacetan berkurang lah... Tapi cuma bertahan satu minggu... semuanya balik lagi ke tingkah semula. Tanya kenapa? wkwkwkwkwk

Jogja sih sebenernya gak tau banyak (maklum... aku ke Jogja ya pas lagi libur-libur itu), tapi di jalanan besarnya (tempat wisata yang aku tau maksudnya kaya malioboro sama mana tuh jalanan yang menuju prambanan dan museum yang banyak pesawatnya) beuh merayap sampe macet. Memang sih paling banyak plat kendaraan diluar kota Jogja...

Oke balik ke Jakarta tercinta...

Bagaimana dengan Jakarta?
Kalo dikategorikan dalam tingkatan level permainan masuknya HARD alias parah.
Selain volume kendaraan yang tinggi, juga karena akibat cuaca seperti banjir dan konflik yang ada di Jakarta seperti demo. Yah memang sih yang macet kalo demo terjadi di jalan-jalan besar, tapi imbasnya ke jalan kecil juga karena pengemudi kendaraan bakal cari jalan alternatif.

Lenggangnya Jakarta itu bisa dirasa saat pagi buta sampai sebelum jam enam pagi, saat libur sekolah, cuti panjang, banjir (tapi berangkatnya pagi buta juga.. Hahahaha), libur lebaran (tapi kalo keluarnya salah jam ya macet juga), pertama kali transjakarta keluar (seminggu) dan saat peraturan berkendara yang baru dikeluarkan (contoh saat keluar peraturan keharusan helm SNI).
Tapi itu hanya sementara, sekali lagi... SEMENTARA. adeuh indahnya Jakarta.

Balik lagi ke solusi macet (Menurutku).

Pemerintah (siapapun itu pemimpinnya) menurutku banyak mencoba cara untuk mengurangi kemacetan, umumnya di Indonesia khususnya di Jakarta, (sebenernya menurutku bersinergi dengan penghematan sumber daya alam ataupun penyelamatan lingkungan). Balik lagi... menurut penglihatanku (Yaah maaf aja kalo salah...), Sebut saja perbaikan jalan, penambahan jalan layang, pemutusan subsidi BBM, keharusan penggunaan BBM pertamax tapi kemudian harganya naik turun, pengenalan mobil non BBM, kenaikan tarif parkir, sampai lagi disusunnya peraturan nomor genap ganjil.

Apakah berhasil? yang sudah-sudah kurang berhasil (Memang gak punya angka statistiknya tapi dilihat dari macet yang tetap aja terjadi dimana-mana ya kurang berhasil). Ntahlah dengan peraturan-peraturan yang masih digodok dan belum keluar lainnya. Semoga aja berhasil (Amiiiin).

Sebenernya ada pemikiran sedikit oleh-oleh dari presentasi Safety Riding yang kemaren aku ikutin dikantor. Gimana kalo ditambahin dengan penambahan dengan keharusan pemilikan lisensi/sertifikasi pelatihan defensive driving/riding dalam pembuatan/perpanjangan SIM? Memang sih aku juga belum dapet lisensi itu karena belum pernah ikut ujiannya. Tapi aku sih ngerasa capek aja gitu ngeliat pengemudi yang seenak udelnya sendiri dalam berkendara. Selain sebagai syarat pembuatan / perpanjangan SIM juga bisa untuk menjaga keselamatan berkendara di Jalan.

Bukan aku gak cinta Indonesia ya... tapi gak ada salahnya kita mencontoh negara lainnya.

Ambil contoh di Jepang (menurut cerita bosku yang pernah tinggal di Jepang), sekali kena tilang SIM dilubangi/dibolongin. Maksimal tiga bolongan abis itu SIMnya dinyatakan tidak berlaku... SIM bisa dipotong atau ditahan dan dilaporkan ke Pusat sebagai SIM yang tidak berlaku. Kalo dah tiga kali bolong, orang yang sama gak bisa buat SIM lagi selamanya karena gak berhasil menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain dijalan (baca : berkendaranya membahayakan diri sendiri dan orang lain).

Syaratnya untuk pemberlakuan peraturan itu memang, semuanya harus terkoneksi dengan internet. Jadi semuanya petugas yang berwenang bisa lihat statusnya. Misal orang yang mau bikin/perpanjang SIM dah punya lisensi pelatihan.. nah waktu pengajuan itu pihak polisi bisa cek keaslian dokumen lisensi itu ataupun status apakah pernah membuat SIM dan apakah SIMnya pernah ditarik/tidak berlaku.

Selain itu, di Jepang jika terjadi kecelakaan dan yang menjadi korban yang juga kepala rumah tangga (setelah penyelidikan) menjadi tidak bisa bekerja (maaf, cacat) maka si pelaku diharuskan menghidupi keluarga korban selamanya. Dan SIM si tersangka langsung dibolongin tiga kali dan SIMnya ditarik.

Untuk memberlakukan peraturan itu, selain sarana transportasi umum yang harus mengalami peningkatan, juga (lagi-lagi menurutku denger dari cerita bosku) butuh petugas yang tegas dan gak bisa dikilik-kilik (baca : bersih). Sepertinya cara ini bisa ngebuat Indonesia bebas macet.

Tapi berhubung warga Indonesia pintar-pintar gak tau juga ya kalo usulanku penambahan lisensi itu bisa diakalin juga apa gak.

Mungkin dari tulisanku ini ada yang setuju ada yang gak setuju, ya gak apa sih... semua orang boleh berpendapat kan?

Udah dulu ya....

Selasa, 15 Januari 2013

Tua di Jalan Jakarta

Dua hari kemarin (Senin dan Selasa) rekor telat awal tahun. Sebagai manusia yang paling gak mau susah kena macet dan gak mau telat sampe kantor.... aku sedih (ooooow...). Hehehe alasan sebenernya sih karena males keluarin uang buat beli BBM yang makin mahal itu sering-sering...

Jakarta itu bener-bener keren ya?
Beda 5 menit efek telatnya bisa 30 menit boww.... dan pemilihan jalan di jakarta itu PENTING!!
Sebagai penghuni Bekasi yang kerja di Jakarta.... kudu tau banget jalan-jalan alternatif yang aman dan nyaman plus cepat untuk sampai tujuan. Yaaah meskipun tujuannya cuma rumah-kantor....

Biasanya demi menghindari si komo lewat (baca : macet) yang akan berimbas ke bengkaknya pembelian BBM, aku berangkat jam 5 pagi teng dari rumahku yang di wilayah pondok gede. Tapi luar binasa sekali sodara-sodari sekalian yang budiman, akibat bedrest 7 hari kemaren jadi bangunnya kesiangan mulu....

Di hari senin itu, aku berangkat jam 5.45 ... biasanya.... jam segitu lewat jalanan yang biasanya mang dah gak aman. Kepalaku dari rumah dah mikir lewat kalimalang tapi kok ndilalahe lewat jalur yang biasanya.... dan seperti yang dah aku duga... Sepanjang jalan kenangan menuju kantor MAAAACEEEEEEEET..... sampe kantor jam 8.45. Sedangkan masuk kantor jam 7 pagi. Bener-bener karyawan teladan *senyum miris*

Perasaan di hari Senin : Kecewa dan Kapok.

Selasa...
Ternyata kapok cuma tinggal kapok. Lagi-lagi bangun kesiangan... (I hate that) Sodara - sodari.. satu lagi hal penting yang kudu diingat buat kemaslahatan berkendara di Jakarta... SELASA LEBIH MACET DARI SENIN! (entah kenapa, tapi berdasarkan pengalaman selama idup di Jakarta ya itu. Tapi coba deh perhatiin).

Selasa + Hujan = Suatu hal yang kudu di wanti-wanti. Dah biasanya lebih macet juga kudu wanti-wanti volume motor berkurang tapiiiii volume mobil keluar kandang bertambah. Hehehehe... Warga Jakarta hebat-hebat ya....
Positifnya ... Berangkat jam 5.30 (15 menit lebih cepat dari kemaren, 30 menit lebih telat dari jam berangkat biasanya) daaaan lewat jalan satunya (baca : Kalimalang).
Tapi ternyataaaaa..... aaaaaargh sampe kantor (ps : kantor di kuningan) jam 7.45.

Sepanjang jalan bawaannya pengen makan orang... kesel karena gak bisa berangkat lebih pagi lagi.

Kenapa gak lewat toll? Paling anti berangkat kantor lewat Toll ke arah cawang - kuningan - slipi (Jagorawi ya namanya?). Toll tuh Bo'ong.... apalagi klo berangkat dari rumah gak jam 5. Macet juga boooow.... pernah berangkat jam 5.45 sampe kantor jam 7 lewat (lebih telat ketimbang lewat jalur yang bukan toll).

Hari ini... please give me applause....*PROK PROK PROK* berangkat dari rumah jam 5.15 (lumaaaayaaaaan....).
Lewat jalan kaya hari selasa (kalimalang)... LAAAANCAAAAAR!!!!
Tapi pas belok ke kampung melayu... beuh DI TUTUP sodara - sodari... Ditutup karena banjir kiriman dari Bogor ke Ciliwung. Gak update berita siiih.. :(
Puter balik akhirnya lewat CAWANG!! Ada Pak Polisi nyuruh maju tak cuekin... muke gile kalo aku masih maksa maju.. Mau sampe kantor jam berapaaa??

FYI Intro : Ada beberapa titik kemacetan di jalan Cawang - Kuningan.... yang paling parah itu sebelum lampu merah pancoran dan sebelum lampu merah kuningan. Macetnya sih mang karena lampu merah, tapi imbas kemacetannya puaaaaaanjaaaaang...

Pagi ini seperti biasa... dari belokan ke arah stasiun cawang (menuju terowongan) dah merayap. 15 menit habis di situ waktunya.... dan dari deket jalur keluar toll kuningan sama juga merayap... 15 menit sudah habis disitu.... Bener-bener dah... tua di jalan.....

Akhirnya sampai kantor pagi ini jam 6.45. Meskipun gak sesuai prediksi yang biasanya sampe jam 6.20 kalo berangkat jam 5.15 yaaah masih cukup senanglah karena hari ini berhasil sampe kantor sebelum jam 7.

wkwkwkwkw....
itu pengalamanku 3 hari ini.

oh iya... kalo di pikir-pikir... Senin dan Selasa kemaren berangkat diguyur ujan... pulang diguyur ujan... tapi selama ngantor gak ujan... Rabu berangkat gak ujan tapi BANJIR. wkwkwkwkwkwkw

Jakarta oooow Jakarta...
Meskipun banyak kekuranganmu, aku tetap suka di Jakarta.